Ayo Berwisata Ke Kota Amuntai

Bundaran kota Amuntai jadoel
(JB-Wisata) Postingan kali ini hanya repost pada blog admin yang terbit pada 4 Januari 2016 untuk mengikuti lomba tentang Wisata yang ada di Kalimantan Selatan. Jadi jangan heran kalo foto bundaran kota Amuntai berbeda dengan yang sekarang. 
 Kota Amuntai  adalah ibu kota kabupaten Hulu Sungai Utara  ( HSU ) di propinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan. Kabupaten HSU yang hampir 2/3 wilayahnya berupa rawa ,  secara astronomis terletak pada 2°LS - 3°LS  dan 115°BT - 116° BT atau secara geografis terletak antara Kabupaten Tabalong, Balangan ( pemekaran Kab.HSU ), Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan Barito Selatan ( prop.Kalteng ). Mata pencaharian penduduknya adalah pedagang, pengrajin kayu/rotan, tani, peternak dan penangkap ikan.
Kota Amuntai sendiri merupakan peninggalan dari kerajaan Negara Dipa yang terletak di Candi Agung Sungai Malang yang banyak meninggalkan tempat bersejarah sehingga pantas untuk menjadi Destinasi Wisata Kalsel.  Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Selatan  tak ada salahnya untuk berpetualang wisata alam , religi dan kuliner  ke Amuntai.  Dengan menggunakan angkutan darat , perjalanan kearah Hulu Sungai atau utara Kalimantan sejauh +/- 200 Km dengan waktu tempuh normal 3-4 jam maka akan tiba di kota Amuntai. Soal tempat menginap wisatawan tak perlu khawatir , ada 3 hotel berbintang yakni Balqis , Lambung Mangkurat dan Minosa atau beberapa hotel kelas melati  yang representatif. 
Patung maskot kota Amuntai
Sebagai saran awal siapkan kamera/hp  untuk mendokumentasi petualangan  anda. Awali petualangan ke tugu Itik sebagai maskot Kota Amuntai yang terletak dibantaran sungai Negara atau dekat Jembatan Paliwara , jangan lupa untuk berfoto dengan latar 2 patung itik raksasa . Jika hari Kamis sempatkan lah melihat pasar kerajinan tangan di muka Pusat Perpelanjaan Modern / Plaza Amuntai, siapa tahu ada nang menarik untuk dibeli sebagai souvenir. Selanjutnya tinggal pilih mau ke Candi Agung dulu atau Masjid Jami Sungai Banar, dimana kedua tempat itu juga merupakan cagar budaya kebanggaan masyarakat Amuntai.   

Untuk Candi Agung yang terletak di kelurahan Sungai Malang Kecamatan Amuntai tengah wisatawan dapat melihat peninggalan bersejarah dari kerajaan Negara Dipa seperti tempat pertapaan Puteri Junjung Buih dan Pangeran Suryanata, Situs Telaga Darah dan museum. Jangan lupa untuk bertanya  tentang asal usul candi Agung  kepada para penjaga candi . Candi Agung biasanya ramai dikunjungi saat hari libur, biasanya bagi wisatawan yang datang bertujuan “maelangi leluhur” ,  untuk membayar nazar ,  melaksanakan beberapa  ritual yang mereka percayai dan  selamatan. Untuk selamatan biasanya pengunjung membawa beraneka ragam kue dimana bisa dibeli pada pedagang kaki lima yang ada diarea halaman masuk candi Agung. 
Objek wisata religi yang kedua adalah Masjid Jami Sungai Banar yang berusia lebih dari 2 abad. Masjid yang terletak dipinggir sungai Negara desa Ilir Masjid Kecamatan Amuntai Selatan atau 3 km dari pusat kota Amuntai bisa dikatakan sebagai tempat ibadah warga beberapa desa yakni Ilir Masjid, Kota Raja, Jarang Kuantan, Teluk Baru, Ujung Murung dan Kota Raden. Masjid ini ramai dikunjungi peziarah seperti membawa anak balita untuk dimandikan atau sekedar cuci muka  kemudian dibawa mengelilingi tiang guru dan terakhir didudukan ke mimbar khatib oleh penjaga masjid dengan harapan sang anak kelak menjadi orang sukses berguna bagi bangsa dan agama serta berbakti kepada orang tua. Banyak pula peziarah yang datang untuk tirakat  berhajat sesuatu /bernazar dan konon banyak yang sering datang kembali karena hajatnya terkabul.
Masjid Sei Banar Desa Ilir Mesjid
Masih ada lagi di Desa Pakacangan Kecamatan Amuntai Utara dimana terdapat  makam Datu Syekh Sayid Sulaiman yang dikeramatkan dan  ramai dikunjungi peziarah. Untuk menuju kesana , ada 3 akses utama yakni menyeberang jembatan Tangga Ulin ( sebelum pasar Amuntai ) lalu belok kiri, menyeberang jembatan baru Murung Sari di dekat perumahan Polres HSU dan menyeberang jembatan ayun desa Pamintangan. Datu Syeksh Sayid Sulaiman adalah salah satu ulama penyebar agama Islam pada abad 18 dan terkenal sakti dalam dalam melawan penjajah Belanda. Beliau juga memiliki makam di desa Padang Besar Kecamatan Amuntai Utara sehingga ada yang menyebut 1 badan 2 kubur. 

makam Datu Syekh Sayid Sulaiman
Sementara untuk wisata kuliner , wisatawan bisa berburu di pasar Induk Amuntai untuk kue pais sagu , roti sagu, gulaan berbentuk itik besar dan itik kecil, asinan alua yang merupakan kuliner khas Amuntai atau berburu ke daerah Haur Gading untuk bisa mendapatkan bingka tumis/balumbuk . Untuk mendapatkan roti sagu ,tapai,  dendeng itik, kerupuk haruan/pipih, gulaan berbentuk itik besar dan itik kecil, asinan alua  , wisatawan bisa mendatangi pasar wadai yang berada ditengah pasar Induk Amuntai. Sedangkan pais sagu yang disantap dengan juruh gula merah seharga 2.000 rupiah bisa ditemukan pada warung H.Bahrani yang terletak pada los pasar Seng atau belakang pasar Induk . H.Bahrani juga  menyediakan lupis dan apam yang baru dimasak sehingga sangat enak disantap. 
Pais Sagu khas Amuntai
Bingka Tumis khas Haur Gading
Sate Lemang di Pasar Senin Telaga Silaba
Itik panggang dan Belibis panggang pun jangan anda lewatkan saat berada di Amuntai. Sepanjang jalan dari Banua Lima, Palampitan Hilir hingga Paliwara banyak ditemukan warung makan yang menyediakan menu tersebut. Jika anda tidak ingin kerepotan menyantap menu itik panggang akibat tulang, maka warung H.Alan yang menyediakan itik panggang tanpa tulang yang berlokasi di Jl.Tembus TVRI  patut anda datangi, usai makan cukup bayar 25 ribu per orang. 
Itik panggang tanpa tulang warung H.Alan
Perlu diketahui kabupaten HSU terkenal sebagai tempat budi daya itik Alabio dan kerbau rawa. Itik Alabio sendiri dibudi dayakan oleh masyarakat desa Mamar Kecamatan Amuntai Selatan sebagai daerah penghasil telor itik dan bibit itik terbesar yang akan dipasarkan pada hari Rabu di Alabio Kecamatan Sungai Pandan. Sedangkan kerbau rawa dengan tubuh besar yang bisa berenang ini banyak dijumpai didaerah kecamatan Danau Panggang dan Paminggir. Awal tahun 2000-an Pemkab HSU pernah beberapa kali menggelar Lomba Balapan Kerbau Rawa  di desa Bararawa , sayang hingga saat ini tak pernah lagi diselenggarakan . 
Proses sortir anak itik di Pasar Alabio
Perlombaan kerbau rawa  persis seperti  karapan sapi di Madura, tetapi lomba karapan sapi di lahan kering atau sawah  sementara lomba kerbau rawa di lintasan hamparan rawa dengan beberapa tribun panggung untuk penonton. Sekedar tambahan budi daya itik Alabio dan kerbau rawa ini sering diliput dan tayang di TV swasta. Anda tertarik melihat langsung masyarakat membudi dayakan Itik Alabio dan Kerbau Rawa ?  
Tak lengkap rasanya jika saya lupa membahas tikar Lampit, suatu kerajinan tangan masyarakat yang sempat booming , sampai mengekspor ke Jepang hingga tahun 90-an. Lampit merupakan tikar dari rotan-rotan yang telah diiris kecil dimana proses pembuatannya dari meraut, menjemur, mengasap, menjemur hingga merangkai menjadi sebuah tikar dengan ukuran 2x3 meter atau 2x4 meter bisa memakan waktu berhari-hari. Kerajinan tangan Lampit banyak ditemui di desa Palampitan ( sesuai nama, dulu hampir satu kampung masyarakatnya membuat Lampit ) dan Jumba. 1 tikar Lampit harganya bervariasi tergantung dari kualitas rotan yakni antara 200-300 ribu rupiah. Ukuran lampit pun sekarang bisa bervariasi  misalnya sajadah dari lampit ,dan  tergantung dari pemesanan pembeli. Untuk urusan pengiriman , sekarang ini cukup mudah. Cukup bayar harga barang  dan ongkos kirim maka Lampit akan digulung , dibungkus rapi oleh pedagang dan dikirim lewat jasa ekspidisi. 
Industri kerajinan Lampit di Palampitan Hilir dan Jumba
Satu lagi kerajinan tangan yang sayang untuk dilewatkan sebagai cendera mata yakni tas tangan dari purun di desa Harus Kecamatan Amuntai Tengah. 
Tas Purun Modern di desa Harus
Ternyata memang benar , Amuntai adalah satu Destinasi Wisata Kalsel yang sayang untuk terlewatkan. Mengingat “lepasnya” Kabupaten Balangan yang kaya akan sumber daya  tambang batu bara sudah sewajarnya Kabupaten HSU mengembangkan industri pariwisata dan kerajinan tangan agar bisa mengenjot pendapatan asli daerah dan ekonomi rakyat berkembang pesat. Disamping mengelola  dengan baik 2 cagar budaya Masjid Jami Sungai Banar dan Candi Agung, Balapan Kerbau Rawa juga pantas untuk dihidupkan kembali seiring dengan pembangunan akses jalan Danau Panggang – Paminggir. Pembangungan kembali tempat arena balapan, resort area demi kenyamanan penonton mungkin akan membuat balapan kerbau rawa kembali akan menggenjot sektor pariwisata HSU dan perekonomian masyarakat sekitar lomba. 
Kerbau rawa di desa Bararawa
Amuntai juga memiliki  satu lembaga pendidikan tertua yakni Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah ( Rakha ) di desa Pakapuran Kecamatan Amuntai Utara yang juga membawahi PAUD,  MI,MTs, MA dan STAI Rakha . Masih ada lagi 3 perguruan tinggi lainya yakni STIA, STIPER dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an.  
Semoga tulisan ini berguna sebagai  promosi tempat wisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara di dunia maya. 

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال